20080607

Kunjungan Mawlana Syekh Hisyam Kabbani QS 2 (Desember 1997)

6-11 Desember 1997 (6-11 Syakban 1418) www.naqshbandi.org\events\globe97\day_one.htm

6 Desember 1997

Mawlana dan rombongan tiba di Jakarta dan langsung menuju kediaman Bapak Firdaus Wajdi di Brawijaya. Setelah Isya dan beristirahat sejenak, Mawlana bertemu dengan sekitar 50 orang dan berbicara tentang perlunya ulama dan hubungannya dengan dunia Muslim di abad ke-21.

7 Desember 1997

Puluhan jemaah sudah memenuhi kediaman Bapak Firdaus untuk melaksanakan Salat Malam bersama Mawlana. Berikutnya Mawlana bersiap-siap untuk pergi ke Bandung. Kunjungan pertama adalah ke Pesantren Albidayah di Cangkorah, Batujajar, Bandung yang dipimpin oleh K.H. Yayat Ruchiat Sirodj. Pesantren yang mempunyai 750 santri, 300 di antaranya menginap di sana mengajarkan ajaran Islam sekaligus mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pesantren ini juga mengajarkan ilmu-ilmu lain, seperti bahasa Inggris, Matematika, Sains dan komputer. Kepada para santri, Mawlana berbicara tentang pentingnya Sains dan Matematika, di samping pelajaran tentang Islam.

Ibu Tini Firdaus menyajikan minuman ketika rombongan berhenti sejenak di Puncak dalam perjalanan ke Bandung.

Kang Cecep dan Kang Asep Burhan melantunkan Ayat Suci al-Qur'an dalam paduan suara yang merdu dan harmonis.

Mawlana berfoto dengan santri Pesantren Albidayah Cangkorah.

Berikutnya Mawlana melanjutkan perjalanan ke Bandung, ke rumah Bapak Hadid Subki, mahasiswa Indonesia di Amerika yang sudah lama mengikuti kegiatan-kegiatan bersama Mawlana di sana. Setelah beristirahat sejenak, Mawlana dipertemukan dengan dua intelektual di kota Bandung, yaitu: Prof. Dr. Achmad Baiquni, kepala Batan dan Dr. Jalaluddin Rahmat, seorang pakar komunikasi UNPAD yang juga aktif berdakwah di jalur Islam tradisional. Acara ditutup dengan makan malam yang disajikan oleh keluarga Subki. Rombongan pun kembali ke Jakarta di malam hari yang disertai hujan.

8 Desember 1997

Mawlana kembali bertemu dengan Rais Aam Jam'iyyah Ahlith Thariqah al-Mu'tabarrah an-Nahdliyyah, K.H. Idham Khalid yang juga mantan Menteri Agama. Setelah berdiskusi mengenai aktivitas kelompok tarekat di Indonesia, Mawlana melakukan kunjungan singkat ke madrasah yang terletak di dekat kantor beliau.

Para hadirin menyambut kedatangan Mawlana Syekh Hisyam Kabbani QS.

Ketua MUI, K.H. Ali Yafie turut memberikan ceramah.

Sore harinya, Syekh Raja Ashman, Pangeran Kerajaan Perak Malaysia ikut bergabung bersama rombongan Mawlana. Sore itu Mawlana dijadwalkan akan berbicara dihadapan para profesional, ulama, intelektual dan birokrat. Beliau berbicara selama hampir 2 jam mengenai pentingnya umat Muslim meraih pendidikan yang baik agar bisa mengikuti perkembangan zaman.

Mawlana Syekh Hisyam Kabbani QS, Syekh Raja Ashman berfoto bersama Bapak Firdaus Wajdi dan K.H. Mustafa Mas'ud al-Haqqani.

9 Desember 1997

Pukul 8 pagi Mawlana dijadwalkan untuk bertemu Menko Kesra, Bp. Letjen Azwar Anas yang membawahi enam kementrian lainnya. Pertemuan yang direncanakan hanya berlangsung 15 menit molor menjadi 1 jam. Pada kesempatan itu Mawlana menguraikan tentang aktivitas ISCA di Amerika. Menteri sangat terkesan dengan uraian yang disampaikan Mawlana hingga diskusi melebar ke topik-topik yang lain.

Acara berikutnya adalah menghadiri pertemuan Kelompok Pengajian NAMIRA yang dipimpin oleh Ibu Tini Firdaus. Dalam pertemuan yang dihadiri oleh sekitar 500 orang itu, Mawlana menekankan pentingnya pendidikan akhlak dalam keluarga.

Sore harinya rombongan berangkat ke Pekalongan dengan kereta api.

10 Desember 1997

Setelah perjalanan yang melelahkan, akhirnya rombongan tiba di Pekalongan pukul 1 dinihari dan sejam kemudian semuanya beristirahat.

Rombongan disambut dengan lantunan qasidah "Thala'al Badru 'alayna" di Pesantren at-Taufiqy pimpinan K.H. Taufiqurrahman.

Di dalam aula pesantren, Mawlana memberikan shuhba yang sangat indah. Beliau berbicara tentang kecintaan terhadap Nabi SAW dan bagaimana peranan para ulama dalam menyebarkan Cahaya Allah dan Rasul-Nya. Beliau mengatakan pula bahwa, "Dari apa yang saya saksikan sekarang ini, Islam selamat di Indonesia. Allah telah memberikan gairah yang tinggi dalam menjalankan agama ini kepada umat Islam di Indonesia dan ini tidak dijumpai di negri-negri Muslim lainnya. Indonesia harus bangga dengan anugerah berupa kecintaan terhadap Allah SWT dan Nabi SAW ini. Cinta itu bagaikan permata yang berharga yang akan membuat semuanya iri karenanya." Beliau juga mendorong agar mereka dapat menjaga akidahnya dengan teguh.

Acara kemudian dilanjutkan dengan zikir bersama yang sangat dahsyat. Mawlana dan rombongan juga melakukan tour keliling pesantren, berziarah ke makam yang terdapat di dalam pesantren dan menanam pohon mangga dan belimbing sebagai kenang-kenangan kunjungan beliau.

Mengunjungi majelis Dalail Khayrat di Masjid al-Rahman Pekalongan.

Mawlana beserta rombongan kemudian mengunjungi Masjid al-Rahman. Sebuah masjid yang didirikan oleh seorang waliullah Syekh Taher Abdul Fattah 150 tahun sebelumnya. Di masjid ini sejak awal telah dilakukan kebiasaan membaca Dalail al-Khayrat secara rutin setiap hari bakda Ashar. Bahkan semasa Perang Dunia kedua, di mana tentara Jepang menguasai Jawa, praktik membaca Dalail Khayrat tetap berjalan. Di tempat ini pun Mawlana Syekh Hisyam QS berbicara tentang pentingnya membaca Kitab Dalail Khayrat karya Imam Sulayman al-Jazuli QS.

lebih dari 2000 orang melakukan bay'at

11 Desember 1997

Pukul 1 dinihari rombongan kembali ke Jakarta dengan kereta api dan tiba sekitar pukul 5 subuh. Setelah beristirahat rombongan melakukan tour ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang menggambarkan miniatur Indonesia dan sore harinya Mawlana melanjutkan perjalanan ke Malaysia.